TUGAS BAB 2 ILMU SOSIAL DASAR
A.
Pertumbuhan Penduduk
2.1.
Perkembangan Penduduk Dunia dengan Menggunakan Tabel
Tahun
|
Jumlah Penduduk
|
Perkembangan per-tahun
|
1830
|
1 milyar
|
-
|
1930
|
2 milyar
|
1%
|
1960
|
3 milyar
|
1,7%
|
1975
|
4 milyar
|
2,2%
|
1987
|
5 milyar
|
2%
|
1996
|
6 milyar
|
2%
|
2006
|
7 milyar
|
2%
|
Dilihat dari
tabel di atas pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
yang cukup pesat.
2.2.
Penggandaan Penduduk Dunia dengan Menggunakan Tabel
Tahun
Penggandaan
|
Perkiraan
Penduduk
|
Waktu
|
800 SM
|
5 juta
|
-
|
1650 SM
|
500 juta
|
1500
|
1830 SM
|
1 milyar
|
180
|
1930 SM
|
2 milyar
|
100
|
1975 SM
|
4 milyar
|
45
|
1986 SM
|
5 milyar
|
22
|
Dilihat dari
tabel di atas penggandaan penduduk terjadi secara cepat dalam kurun waktu yang
cukup singkat.
2.3.
Faktor-Faktor Demografi yang Mempengaruhi Pertambahan Penduduk
Pertumbuhan
penduduk di dunia makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Dengan
demikian, maka bertambahlah sistem mata pencaharian hidup menjadi lebih
kompleks. Secara umum ada tiga faktor utama demografi yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, di antaranya sebagai berikut:
- Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran
adalah istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan
hidup atau dalam pengertian lain fertilitas adalah hasil produksi yang nyata
dari fekunditas seorang wanita. Berikut ini penjelasan mengenai pengukuran
fertilitas:
- Pengukuran fertilitas tahunan adalah pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Adapun ukuran-ukuran fertilitas tahunan adalah:
- Tingkat fertilitas kasar (crude birth rate) adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu tahun tertentu tiap 1.000 penduduk.
- Tingkat fertilitas umum (general fertility rate) adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 wanita usia reproduksi (usia 14-49 atau 14-44 tahun) pada tahun tertentu.
- Tingkat fertilitas menurut umur (age specific fertility rate) adalah perhitungan tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok umur dan tahun tertentu.
- Tingkat ferlititas menurut ukuran urutan penduduk (birth order specific fertility rates) adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi oleh wanita pada umur dan tahun tertentu.
- Pengukuran fertilitas kumulatif adalah pengukuran jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia suburnya. Adapun ukurannya adalah:
- Tingkat fertilitas total adalah jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan jumlah tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
- Gross reproduction rates adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa produksinya.
- Kematian (Mortalitas)
Kematian
adalah ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu
populasi. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per
1.000 individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
- Perpindahan (Migrasi)
Migrasi adalah
peristiwa berpindahnya suatu penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Dalam banyak kasus penduduk bermigrasi untuk mencari sumber cadangan makanan
yang baru untuk menghindari kelangkaan yang mungkin terjadi karena datangnya
musim dingin, mencari lapangan pekerjaan yang baru, dan juga mencari hunian
baru karena lingkungan sebelumnya telah over population.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertalitas penduduk:
1. Faktor
demografi, antara lain adalah:
- Struktur umur.
- Struktur perkawinan.
- Umur kawin pertama.
- Paritas.
- Disrupsi perkawinan.
- Proporsi perkawinan.
2.
Faktor non demografi, antara lain adalah:
- Keadaan ekonomi penduduk.
- Perbaikan status perempuan.
- Tingkat pendidikan.
- Urbanisasi dan industrialisasi.
2.4. Rumus
Tingkat Kematian Kasar
Angka
Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1.000
penduduk pada pertengahan tahun tertentu (Data Statistik Indonesia-Angka
Kematian Kasar-Rumus), disuatu wilayah tertentu. Ada pun rumusnya sebagai
berikut:
Rumus:
CDR = D/P x
K
CDR : Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D : Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu.
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.
K : Bilangan konstan 1.000.
CDR : Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D : Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu.
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.
K : Bilangan konstan 1.000.
Umumnya data
tersedia adalah ”jumlah penduduk pada satu tahun tertentu” maka jumlah dapat
sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan,
maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah
tahun.
2.5. Rumus
Tingkat Kematian Khusus
Angka
kematian khusus (Age Specific Death Rate/ASDR) yaitu angka yang menunjukkan
banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam
waktu satu tahun. Rumusnya adalah jumlah kematian pada umur tertentu dibagi
dengan jumlah penduduk umur tertentu pada pertengahan tahun dan dikalikan
dengan konstanta yang biasanya bernilai 1.000. Ada pun rumusnya sebagai
berikut:
Rumus:
ASDRx =
Dx/Px x 1.000
ASDRx : Age Specific Death Rate (Angka Kematian khusus).
Dx : Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun.
Px : Jumlah Penduduk pada umur tertentu.
1.000 : Konstanta (k).
ASDRx : Age Specific Death Rate (Angka Kematian khusus).
Dx : Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun.
Px : Jumlah Penduduk pada umur tertentu.
1.000 : Konstanta (k).
2.6. Angka
Kelahiran
Dalam demografi,
istilah tingkat kelahiran atau (Crude Birth Rate /CBR) dari
suatu populasi adalah jumlah kelahiran per 1.000 orang tiap tahun. Secara
matematika, angka ini bisa dihitung dengan rumus CBR = b/p(1000)); di mana n
adalah jumlah kelahiran pada tahun tersebut dan p adalah
jumlah populasi saat penghitungan. Hasil penghitungan ini digabungkan
dengan tingkat kematian untuk menghasilkan angka tingkat pertumbuhan
penduduk alami (alami maksudnya tidak melibatkan angka perpindahan
penduduk (migrasi).
Indikator
lain untuk mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat
kehamilan total – rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita
dalam hidupnya. Secara umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang
lebih baik untuk tingkat kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh
distribusi usia dari populasi. Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di
negara yang ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang
pertumbuhan ekonominya tinggi.
Rumus:
CBR = B/P x
1.000
CBR : Crude
Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar).
B : Jumlah
Kelahiran (Birth).
P : Jumlah
Penduduk (Population).
1.000 :
Konstanta(k).
Metode lain
untuk menghitung tingkat kelahiran:
- General fertility rate (GFR) – mengukur angka kelahiran tiap 1.000 wanita yang berusia 15-45 tahun.
- Standardised birth rate (SBR) – membandingkan struktur usia-jenis kelamin.
- Total fertility rate (TFR) – jumlah rata-rata anak yang diperkirakan akan dilahirkan seorang wanita sepanjang usia produktifnya untuk melahirkan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kelahiran:
- Kebijakan pro-natalis dan anti-natalis dari pemerintah.
- Tingkat aborsi.
- Struktur usia-jenis kelamin yang ada.
- Kepercayaan sosial dan religius terutama berhubungan dengan kontrasepsi.
- Tingkat buta aksara pada wanita.
- Kemakmuran secara ekonomi (walaupun pada teorinya ketika sebuah keluarga memiliki ekonomi yang baik, mereka mampu untuk membiayai lebih banyak anak, dalam praktiknya kemakmuran ekonomi dapat menurunkan tingkat kelahiran).
- Tingkat kemiskinan – anak-anak dapat dijadikan sumber ekonomi pada negara berkembang karena mereka bisa menghasilkan uang (tenaga kerja anak).
- Angka kematian bayi – sebuah keluarga dapat mempunyai lebih banyak anak jika angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) tinggi.
- Urbanisasi.
- Homoseksualitas – pria dan wanita homoseksual hampir seluruhnya tidak menjadi ayah dan ibu, mengurangi angka kelahiran tiap tahunnya.
- Usia pernikahan.
- Tersedianya pensiun.
- Konflik.
2.7.
Pengertian Migrasi
Migrasi
Penduduk / migrasi manusia adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lain, berjarak jauh dan terbentuk dalam kelompok yang besar yang
tujuannya adalah menetap di suatu daerah. Migrasi melintasi perbatasan wilayah,
provinsi, negara, atau internasional. Secara historis gerakan ini nomaden,
sering menyebabkan konflik yang signifikan dengan penduduk pribumi dan
perpindahan mereka atau asimilasi budaya. Hanya beberapa orang nomaden telah
mempertahankan bentuk gaya hidup di zaman modern. Migrasi terus dalam bentuk
kedua migrasi sukarela dalam satu kawasan, negara, atau di luar dan migrasi
spontan (yang meliputi perdagangan budak, perdagangan manusia dan pembersihan
etnis). Orang-orang yang bermigrasi ke wilayah yang disebut imigran, sementara
pada titik keberangkatan mereka disebut emigran. Populasi kecil bermigrasi
untuk mengembangkan suatu wilayah dianggap batal penyelesaian tergantung pada
latar belakang sejarah, kondisi dan perspektif disebut sebagai pemukim atau
koloni, sementara populasi pengungsi oleh imigrasi dan kolonisasi disebut
pengungsi.
Migrasi
disebut juga dengan mobilitas penduduk yang definisi nya sama yaitu perpindahan
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk terbagi dua yaitu
bersifat nonpermanen atau sementara misalnya turis baik nasional maupun manca
negara, dan ada pula mobilitas penduduk yang bersifat permanen atau menetap di
suatu daerah. Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi.
2.8.
Macam-Macam Migrasi
- Migrasi Intenasional
Migrasi
internasional terjadi jika perpindahan penduduk dilakukan melewati batas
negara. Dengan demikian perpindahan yang terjadi adalah perpindahan antanegara.
Adapun contoh-contoh migrasi intenasional adalah sebagai berikut:
- Emigrasi
Emigrasi
adalah keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pelakunya disebut
emigran.
- Imigrasi
Imigrasi
adalah masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pelakunya disebut
imigran.
- Remigasi
Remigrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke negara asalnya.
- Migrasi Nasional
Migrasi
nasional merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari satu wilayah
ke wilayah lainnya, tetapi masih dalam kesatuan negara. Dengan kata lain, migrasi
nasional merupakan perpindahan penduduk antardaerah dalam negeri. Adapun
contoh-contoh migrasi intenasional adalah sebagai berikut:
- Urbanisasi
Urbanisasi
adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Perpindahan ini biasanya terjadi
karena adanya daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya dorong (push
factos) dari pedesaan.
- Transmigrasi
Transmigrasi
adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang
jarang penduduknya. Pelakunya disebut transmigran. Jenis-jenis tansmigrasi
adalah sebagai berikut:
- Transmigrasi Umum
Transmigrasi
umum adalah transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah.
- Transmigrasi Spontan/Swadaya
Transmigrasi
spontan/swadaya adalah transmigrasi atas usaha dan keinginan masyarakat
sendiri.
- Transmigrasi Sektoral
Transmigrasi
sektoral adalah transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah daerah asal dan
daerah tujuan sebesar 50%.
- Ruralisasi
Ruralisasi
adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa.
- Evakuasi
Evakuasi
adalah perpindahan penduduk dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman.
Perpindahan ini biasanya terjadi karena adanya bencana alam sekitar.
2.9. Proses
Migrasi
- Proses migrasi penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan
- Dalam memilih daerah tujuan para migran cenderung memilih daerah yang terdekat dengan daerah asal.
- Kurangnya kesempatan kerja di daerah asal dan adanya kesempatan kerja di daerah tujuan merupakan salah satu alasan seseorang melaksanakan mobilitas penduduk.
- Informasi yang positif dari sanak saudara dan kerabat tentang daerah tujuan, merupakan sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk berimigrasi.
- Informasi yang negatif yang datang dari daerah tujuan menyebabkan orang enggan untuk berimigrasi.
- Makin besar pengaruh daerah perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas seseorang itu.
- Makin tinggi pendapatan seseorang, makin tinggi frekuensi seseorang itu.
- Seseorang akan memilih daerah tujuan dimana terdapat sanak saudara atau kenalan yang berada pada daerah tersebut.
- Migrasi masih akan terjadi apabila di suatu daerah ada bencana alam (banjir, gempa, tanah longsor, dan sebagainya).
- Orang yang berumur muda dan belum berumah tangga lebih banyak mengadakan mobilitas daripada orang yang sudah berusia lanjut dan berstatus menikah.
- Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak melaksanakan mobilitas penduduk.
- Migran di daerah tujuan:
- Pada permulaan datang di daerah tujuan, migran lebih memilih bertempat tinggal di dekat sanak saudara atau teman yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
- Kepuasan migran hidup di masyarakat tertentu tergantung pada hubungan baik migran dengan masyarakat.
- Kepuasan migran hidup di kota tergantung pada kemungkinan migran mendapatkan pekerjaan dan pendidikan bagi anak-anaknya.
- Setelah beberapa lama bertempat tinggal di daerah tujuan, seorang migran lebih cenderung memilih tempat tinggal di dekat daerah dimana ia bekerja.
- Keinginan untuk kembali ke daerah asal tergantung kepada besar kecilnya kepuasan yang didapat di kota.
- Migran di kota merupakan penolong utama bagi migran baru dalam mencari pekerjaan dan pemodokan di kota.
2.10. Akibat
Migrasi
Migrasi
penduduk akan memiliki akibat atau dampak positif dan negatif baik terhadap
daerah asal maupun daerah tujuan.
- Dampak postif migrasi terhadap daerah asal, antara lain:
- Mengurangi masalah pengangguran di daerah asal.
- Meningkatkan kualitas penduduk melalui pendidikan daerah tujuan.
- Mengurangi kepadatan penduduk bagi daerah yang penduduknya padat.
- Memotivasi pembangunan daerah asal karena penduduk telah melihat kemajuan daerah lain.
- Dampak negatif migrasi terhadap daerah asal, antara lain:
- Mengurangi tenaga kerja di daeah asal, terutama di daerah pertanian.
- Mengurangi tenaga yang potensial untuk membangun daerahnya.
- Perilaku yang tidak sesuai dengan norma daerah asal sering ditularkan dari daeah tujuan.
- Dampak positif migrasi terhadap daerah tujuan, antara lain:
- Mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan.
- Merangsang pengembangan daerah bagi daerah yang jarang penduduknya.
- Daerah tujuan memperoleh keuntungan budaya dengan ditemukannya teknologi baru oleh para pendatang.
- Dampak negatif migrasi terhadap daerah tujuan, antara lain:
- Timbulnya masalah pengangguran karena terlalu banyaknya pendatang.
- Banyaknya pendatang menimbulkan masalah tata kota.
- Menimbulkan permasalahan pemukiman kumuh.
- Meningkatnya polusi.
- Meningkatnya kriminalitas.
2.11. Jenis
Struktur Penduduk
Ada tiga
jenis struktur penduduk :
- Piramida Penduduk Muda
Piramida ini
menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang.
Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya
kita lihat pada negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya: India, Brazil
dan Indonesia.
- Piramida Stationer
Bentuk
piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat
kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk
yang berbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia,
Belanda dan Skandinavia.
- Piramida Penduduk Tua
Bentuk
piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang
sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis
kelamin pria besar, maka suatu Negara dapat kekurangan penduduk. Negara yang
bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia dan
Perancis.
2.12. Bentuk
Piramida Penduduk Stasioner, Muda, dan Tua
Gambar 1.1 Piramida struktur penduduk muda, stasioner
(sedang), dan tua.
2.13.
Pengertian Rasio Ketergantungan
Rasio
Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.
Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan
Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
- Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
- Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Rasio
ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan
salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya
persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang
harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency
ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi.
Semakin tinggi
usia muda dan usia tua, maka semakin besar rasio ketergantungannya. Maksudnya
adalah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa membutuhkan beban yang sangat
tinggi sesuai permintaan. Ukuran rasio ketergantungan adalah sebagai berikut:
- DR < 62,33% adalah baik.
- DR > 62,33% adalah buruk.
Penggolongan
umur produktif sangat berpengaruh pada lapangan pekerjaan untuk dapat
menghasilkan produktivitas.
Penggolongan
menurut DW. Sleumar:
- 0-14 golongan belum produktif.
- 15-19 golongan kurang produktif penuh.
- 20-54 golongan produktif.
- 55-64 golongan tidak produktif penuh.
- >65 golongan inproduktif.
Penggolongan
menurut Sumbarg:
- 0-15 golongan belum produktif.
- 15-65 golongan produktif penuh.
- >65 golongan produktif berkurang.
Penggolongan
menurut Widjojo, Pullerd, dan John Clark:
- 0-14 golongan belum produktif.
- 15-64 golongan produktif.
- >65 golongan tidak produktif.
B.
Kebudayaan dan Kepribadian
3.1.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Kebudayaan
suatu bangsa adalah cermin dari kepribadian bangsa yang bersangkutan. Setiap
masyarakat mempunyai sistem nilai dan kaidah sebagai konkretisasi. Nilai dan
kaidah berisikan harapan-harapan masyarakat perihal perilaku yang pantas dari
perilaku seseorang. Batas-batas tersebut menjadi suatu aturan dalam pergaulan
hidup.
Kepribadian
bangsa Indonesia yang ramah, tamah, suka menolong, memiliki sifat
gotong-royong, artinya ciri umum dari sekian banyak kepribadian suku-suku
bangsa yang berada di Indonesia dan terpatri menjadi ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia itu sendiri.
3.2.
Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
- Zaman Batu sampai Zaman Logam
Berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli prehistoris, bahwa zaman batu terdapat
menjadi Zaman Batu Tua (Palaeolithikum) dan Zaman Batu Muda
(Neolithikum), perbedaan antara keduanya adalah pada zaman batu muda kehidupan
sudah menetap dan adanya revolusi alat-alat keperluan penunjang kehidupan karena
mereka telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam dari
bijih besi dan menuangkan ke dalam cetakan dan mendinginkannya. Kepandaian yang
dimiliki pada zaman batu muda itulah yang menjadi awal mulanya zaman logam,
yang jelas pada kenyataannya bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal
kebudayaan yang tinggi derajatnya.
- Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada abad
ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, perpaduan dan akulturasi antara
kebudayaan setempat berlangsung luwes dan mantap. Dan sekitar abad ke-5,
agama/ajaran Budha masuk ke Indonesia. Ajaran Budha dikatakan berpandangan
lebih maju, karena tidak menghendaki adanya kasta-kasta di masyarakat. Namun
walau demikian, kedua agama itu tumbuh dan berkembang berdampingan secara
damai.
- Kebudayaan Islam
Pada abad
ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para
pemuka-pemuka Islam yang disebut Wali Songo. Masuknya Islam ke Indonesia,
teristimewa ke Pulau Jawa berlangsung dalam suasana damai, hal ini disebabkan
tidak adanya paksaan dan adanya sikap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat
penganut dari sebagian besar penduduk Indonesia.
4.1.
Kebudayaan Barat
Unsur
kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan
kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat, yang berawal ketika kaum
kolonialis/penjajah masuk ke Indonesia, terutama Belanda. Mulai dari kekuasaan
perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis
Belanda, di kota-kota provinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan bergaya
arsitektur “Barat”. Dalam kurun waktu itu juga, muncul dua lapisan sosial,
yaitu:
- Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh
- Lapisan sosial dari kaum pegawai
Dalam
lapisan sosial yang kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan
kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas
sosial. Dan masih juga sebagai pengaruh kebudayaan Eropa ke Indonesia adalah
masuknya agama Katolik dan Kristen Protestan, yang biasanya disiarkan dengan
sengaja oleh organisasi-organisasi agama (Missie untuk Katolik dan Zending
untuk Kristen).Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, bahwa
dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, tidaklah mengabaikan
kebudayaan yang telah dimiliki sebelumnya, tetapi disesuaikanlah kebudayaan
baru itu dengan yang lama.
Sehubungan
dengan itulah, penjelasan Undang Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang
kebudayaan bangsa Indonesia adalah: “kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukkan ke
arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju ke arah kemajuan adab, budaya,
dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru kebudayaan asing yang
dapat memperkembangkan kebudayaan bangsa Indonesia, serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia.
Sumber :
https://ginadamar.wordpress.com/2012/10/10/tugas-ilmu-sosial-dasar-2-pertumbuhan-penduduk/
0 komentar:
Posting Komentar